Berikut beberapa sarana dan prasarana pada penyandang disabilitas mental, tetapi tidak terbatas kepada:

Obat-obatan. Akses terhadap obat-obatan yang rutin dikonsumsi merupakan kebutuhan mendasar. Proses peradilan tidak boleh menghalangi keberlanjutan pengobatan, karena penghentian mendadak bisa membahayakan kondisi psikologis atau menyebabkan krisis yang mengganggu proses hukum.
Ketersediaan tenaga medis atau psikolog yang siaga untuk merespons kondisi darurat mental dan emosional. Psikiater atau psikolog forensik juga diperlukan untuk melakukan pendampingan dan/atau menilai kapasitas hukum penyandang disabilitas.
Lingkungan fisik ruang tunggu dan ruang sidang harus mendukung stabilitas emosional penyandang disabilitas. Hindari ruang yang menimbulkan kecemasan, kepanikan dan bising.

Kontributor
Ide Konten: SAPDA
Pembuat Konten: Evi Riski Permatasari, Neka Rusyda Supriatna
Peninjau Substansi: Rama Agung
Peninjau Tata Bahasa: Bunga Pertiwi Tontowi Putri, Evi Riski Permatasari, Neka Rusyda Supriatna
Diinput oleh: Gladys Nadya Arianto

Penyuntingan terakhir: 4 September 2025

Adakah undang-undang yang menjamin hak perempuan dan anak penyandang disabilitas?

Bagikan di Sosial Media

Lihat Hasil Berkaitan

Siapa saja yang dapat mengajukan permohonan perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)?

Jika saya menjadi saksi dalam suatu kasus/perkara, bisakah saya dilaporkan balik oleh pelaku?

Apakah saya harus membayar sejumlah uang jika mau melaporkan tindak pidana?

Apa saja sarana dan prasarana dalam proses peradilan yang harus tersedia bagi penyandang disabilitas mental?

Lihat Hasil Berkaitan

Siapa saja yang dapat mengajukan permohonan perlindungan dari Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK)?

Jika saya menjadi saksi dalam suatu kasus/perkara, bisakah saya dilaporkan balik oleh pelaku?

Apakah saya harus membayar sejumlah uang jika mau melaporkan tindak pidana?

Apa saja sarana dan prasarana dalam proses peradilan yang harus tersedia bagi penyandang disabilitas mental?